PERLAKUAN KEUNTUNGAN
DAN KERUGIAN INFLASI (PELAPORAN KEUANGAN DAN PERUBAHAN HARGA DALAM AKUNTANSI
INTERNASIONAL)
A. Latar Belakang Masalah
Fluktuasi nilai mata uang dan perubahan
dalam harga uang atas barang dan jasa merupakan karakteristik yang terpisahkan
dalam bisnis internasional. Untuk memahami istilah perubahan harga (changing
prices), kita harus membedakan antara pergerakan harga umum dan pergerakan
harga spesifik, yang keduanya termasuk dalam istilah perubahan harga itu. Suatu
perubahan harga umum terjadi apabila secara rata-rata harga seluruh barang dan
jasa dalam suatu perekonomian mengalami perubahan. Kenaikan harga secara
keseluruhan disebut sebagai inflasi (inflation), sedangkan penurunan harga
disebut sebagai deflasi (deflation).
Perubahan harga spesifik mengacu pada
perubahan dalam harga barang atau jasa tertentu yang disebabkan oleh perubahan
dalam permintaan dan penawaran. Kehancuran sosial dan politik yang ditimbulkan
oleh rangkaian periode hiperinflasi (ketika laju inflasi meningkat lebih dari
50 % tiap bulannya) terdokumentasi dengan baik dan hal ini menjelaskan mengapa
tingkat harga yang stabil menjadi prioritas nasional bagi banyak negara di
dunia, kalangan usaha juga merasakan pengaruh inflasi pada saat harga factor
produksi meningkat. Meskipun perubahan harga terjadi diseluruh dunia, pengaruh
terhadap pelaporan bisnis dan keuangan berbeda-beda dari satu negara ke negara
lain.
Selama periode inflasi, nilai aktiva
yang dicatat sebesar biaya akuisisi awalnya jarang mencerminkan nilai
terkininya (yang lebih tinggi). Ketidak akuratan pengukuran ini mendistorsi (1)
proyeksi keuangan yang didasarkan pada data seri waktu historis (2) anggaran
yang menjadi dasar pengukuran kinerja dan (3) data kinerja yang tidak dapat
mengisolasi pengaruh inflasi yang tidak dapat dikendalikan. Laba yang dinilai
lebih pada gilirannya akan menyebabkan :
1.
Kenaikan dalam proporsi pajak
2.
Permintaan dividen lebih banyak dari pemegang saham
3.
Permintaan gaji dan upah yang lebih tinggi dari para pekerja
4. Tindakan yang merugikan dari negara tuan
rumah (seperti pengenaan pajak keuntungan yang sangat besar).
Kegagalan untuk menyesuaikan data
keuangan perusahaan terhadap perubahan dalam daya beli unit moneter juga
menimbulkan kesulitan bagi pembaca laporan keuangan untuk menginterpretasikan
dan membandingkan kinerja operasi perusahaan yang dilaporkan. Dalam periode
inflasi, pendapatan umumnya dinyatakan dalam mata uang dengan daya beli umum
yang lebih rendah (yaitu daya beli periode kini), yang kemudian diterapkan
terhadap beban terkait. Prosedur akuntansi yang konvesional juga mengabaikan
keuntungan dan kerugian daya beli yang timbul dari kepemilikan kas
(ekuivalennya) selama periode inflasi.
Oleh karena itu, mengakui pengaruh
inflasi secara eksplisit berguna dilakukan karena :
1. Pengaruh perubahan harga sebagian
bergantung pada transaksi dan keadaan yang dihadapi suatu perusahaan.
2. Mengelola masalah yang ditimbulkan oleh
perubahan harga bergantung pada pemahaman yang akurat atas masalah tersebut.
3. Laporan dari para manajer mengenai
permasalahan yang disebabkan oleh perubahan harga lebih mudah dipercaya apabila
kalangan usaha menerbitkan informasi keuangan yang membahas masalah-masalah
tersebut.
Meskipun laju inflasi melambat,
akuntansi perubahan harga tetap berguna karena efek kumulatif inflasi yang
rendah dalam beberapa waktu dapat signifikan. Pengaruh distorsi inflasi masa
lalu dapat juga bertahan selama bertahun-tahun, mengingat umur panjang
kebanyakan aktiva.
B. Pembahasan
Secara umum Inflasi adalah kenaikan
tingkat harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus selama waktu
tertentu.
Dampak Inflasi Terhadap Kegiatan Ekonomi
Masyarakat
1.
Dampak Positif
- Peredaran / perputaran barang lebih
cepat.
- Produksi barang-barang bertambah,
karena keuntungan pengusaha bertambah.
- Kesempatan kerja bertambah, karena
terjadi tambahan investasi.
- Pendapatan nominal bertambah, tetapi
riil berkurang, karena kenaikan pendapatan kecil.
2. Dampak Negatif
- Harga barang-barang dan jasa naik.
- Nilai dan kepercayaan terhadap uang
akan turun atau berkurang.
- Menimbulkan tindakan spekulasi.
- Banyak proyek pembangunan macet atau
terlantar.
- Kesadaran menabung masyarakat
berkurang.
Pihak-pihak
yang Mendapatkan Keuntungan dan yang Mendapatkan Kerugian
1.
Pihak-pihak yang diuntungkan
a. Para pengusaha, yang pada saat sebelum terjadinya
inflasi, telah memiliki stock/persediaan produksi barang yang siap dijual dalam
jumlah besar.
b. Para
pedagang, yang dengan terjadinya inflasi menggunakan kesempatan memainkan harga
barang. Cara yang dipakai adalah dengan menaikkan harga, karena ingin
mendapatkan laba/keuntungan yang besar.
c. Para spekulan, yaitu orang-orang atau
badan usaha yang mengadakan spekulasi, dengan cara menimbun barang
sebanyak-banyaknya sebelum terjadinya inflasi dan menjualnya kembali pada saat
inflasi terjadi, sehingga terjadinya kenaikan harga sangat menguntungkan mereka
d. Para
peminjam, karena pinjaman telah diambil sebelum harga barang-barang naik,
sehingga nilai riil-nya lebih tinggi daripada sesudah inflasi terjadi, tetapi
peminjam membayar kembali tetap sesuai dengan perjanjian yang dibuat sebelum
terjadi inflasi. Misalnya, para pengambil kredit KPR BTN sebelum inflasi yang
mengakibatkan harga bahan bangunan dan rumah KPR BTN naik, sedangkan jumlah
angsuran yang harus dibayar kepada BTN tetap tidak ikut dinaikkan.
2. Pihak-pihak yang dirugikan
a. Para
konsumen, karena harus membayar lebih mahal, sehingga barang yang diperoleh lebih
sedikit jika dibandingkan dengan sebelum terjadinya inflasi.
b. Mereka
yang berpenghasilan tetap, karena dengan penghasilan tetap, naiknya harga
barang-barang dan jasa, mengakibatkan jumlah barang-barang dan jasa yang dapat
dibeli menjadi lebih sedikit, sehingga pendapatan riil/nyata berkurang,
sedangkan kenaikan penghasilan atau pendapatan pada saat terjadi inflasi sulit
diharapkan.
c. Para pemborong atau kontraktor, karena
harus mengeluarkan tambahan biaya agar dapat menutup pengeluaran-pengeluaran
yang diakibatkan terjadinya inflasi dan mengakibatkan berkurangnya keuntungan
yang diperoleh dari proyek yang dikerjakan.
d. Para pemberi pinjaman/kreditor, karena nilai
riil dari pinjaman yang telah diberikan menjadi lebih kecil sebagai akibat
terjadinya inflasi. Misalnya, sebelum inflasi, pinjaman Rp 500.000,00 = 25 gram
emas, sesudah inflasi = 20 gram emas.
e. Para
penabung, karena pada saat inflasi bunga yang diperoleh dari tabungan dirasakan
lebih kecil jika dibandingkan dengan kenaikan harga yang terjadi. Di samping
itu akibat naiknya harga barang-barang dan jasa, nilai uang yang ditabung
menjadi lebih rendah/turun, jika dibandingkan dengan sebelum terjadi inflasi.
Perlakuan Keuntungan dan Kerugian
Inflasi
Perlakuan keuntungan dan kerugian dari
item-item moneter yaitu kas piutang dan utang merupakan isu yang kontroversial.
Di Amerika, keuntungan dan kerugian dari item-item moneter ditentukan dengan
me-restate ke dalam dolar konstan. Ini menyiratkan bahwa FASB memandang
keuntungan dan kerugian dalam item moneter berbeda sifatnya dengan laba-laba
lain.
Di Inggris, keuntungan dan kerugian atas
item moneter dipisahkan menjadi modal kerja dan gearing adjustment. Kedua
jumlah tersebut berkaitan dengan perubahan tingkat harga spesifik, bukan
perubahan tingkat harga umum. Mendasari modal kerja moneter, dasar pemikiran
berikut di berikan SSAP no.16 paragraf 11-13: ketika penjualan dilakukan secara
kredit perusahaan sebenarnya mengikat modal kerja sampai piutang terkait
ditagih. Gearing adjustment mengindikasikan keuntungan atau biaya bagi pemegang
saham dari pembiayaan hutang selama periode perubahan harga. Angka ini ditambah
(dikurang) terhadap laba operasi biaya berjalan untuk menghasilkan ukuran
kekayaan yang dapat dibelanjakan (disposable wealth) bernama laba biaya
berjalan bagi pemegang saham (Current Cost Profit Attributable to
Shareholders).
Di negara Brazil tidak menyesuaikan
aktiva lancar dan kewajiban lancar secara eksplisit karena jumlah ini
diekspresikan dalam nilai berjalan. Penyesuaian yang timbul dari menghitung
nilai bersih aset-aset permanen dan modal yang telah disesuaikan dengan tingkat
harga yang mewakili keuntungan atau kerugian daya beli umum dalam membiayai
modal kerja dengan hutang atau modal. Bagi porsi modal ini diakui adanya
kerugian daya beli selam periode inflasi.
Badan
Standar Akuntansi Internasional
1.
IASB meyimpulkan bahwa laporan posisi keuangan dan kinerja operasi dalam
mata uang lokal menjadi tidak berarti lagi dalam suatu lingkungan yang
mengalami hiperinflasi.
2.
IAS 29: “Pelaporan keuangan dalam perekonomian hiperinflasi mewajibkan
penyajian ulang informasi laporan keuangan utama
3.
Penyajian ulang dengan daya beli konstan pada tanggal neraca, bisa
dengan model Historical Cost atau dengan Current Cost
4. Keuntungan dan kerugian daya beli
dimasukan ke dalam laba berjalan.
Akuntansi untuk Inflasi
di Luar Negeri
FASB
89 mendorong perusahaan untuk memperhitungkan perubahan harga, tapi sebenarnya
masih meninggalkan permasalahan, yaitu:
Perusahaan
yang memilih untuk menyediakan data biaya kini tambahan atas operasi luar
negeri dengan dua metode:
· Restate – Translate
· Translate – Restate
Investor memerlukan laporan keuangan
yang disesuaikan dengan tingkat harga spesifik, bukan tingkat harga umum.
Alasannya adalah : Penyesuaian tingkat harga spesifik menentukan jumlah
maksimum yang dapat dibayarkan oleh perusahaan sebagai dividen tanpa mengurangi
kapasitas produktifnya.
Masalah Restate-Translate Vs
Translate-Restate bukan suatu hal yang penting jika menggunakan historical
cost. Jadi, prosedur penyesuaian tingkat harga yang direkomendasikan adalah :
·
Sajikan ulang laporan keuangan untuk mencerminkan perubahan dalam harga
spesifik.
· Translasikan akun-akun menggunakan suatu
nilai konstan (Kurs pada tahun dasar atau tahun sekarang)
·
Gunakanlah indeks harga spesifik yang
relevan untuk menghitung keuntungan dan kerugian moneter.
Menyajikan ulang baik akun-akun
perusahaan luar negeri dan domestic menjadi ekuivalen harga kini akan
menghasilkan informasi relevan dengan keputusan.
Jenis Penyesuaian
Inflasi
Setiap jenis perubahan harga memiliki
pengaruh yang berbeda terhadap ukuran-ukuran posisi keuangan dan kinerja
operasi suatu perusahaan dan ditimbulkan oleh adanya tujuan-tujuan berbeda yang
tersembunyi. Akuntansi untuk laporan keuangan atas perubahan tingakat harga
umum disebut sebagai model daya beli konstan biaya historis. Akuntansi untuk
perubahan harga khusus disebut sebagai model biaya kini.
a. Penyesuaian Tingkat Harga Umum
Jumlah mata uang yang disesuiakan
terhadap perubahan tingkat harga umum (daya beli) disebut sebagai mata uang
konstan biaya historis atau ekuivalen daya beli umum. Jumlah mata uang yang
belum disesuaikan sedemikian rupa disebut sebagai jumlah nominal. Sebagai
contoh, selama periode kenaikan harga, aktiva berumur panjang yang dilaporkan
didalam neraca sebesar biaya akuisisi awalnya dinyatakan dalam mata uang
nominal. Apabila biaya historisnya dialokasikan terhadap laba periode kini
(dalam bentuk beban depresiasi), pendapatan, yang mencerminkan daya beli kini,
ditandingkan dengan biaya yang mencerminakan daya beli (yang lebih tinggi)dari
peride terdahulu saat aktiva tersebut dibeli. Oleh karena itu, jumlah nominal
harus disesuiakan untuk perubahan-perubahan dalam daya beli umum uang agar
dapat ditandingkan dengan transaksi kini
Indeks Harga
Perubahan tingkat harga umum diukur
dengan indeks tingkat harga dalam bentuk ∑p1q1 /∑p0q0 dimana p = harga suatu
barang tertentu dan q = kuantitas yang dikonsumsi. Suatu indeks harga adalah
rasio biaya. Contoh, jika sebuah keluarga yang terdiri dari empat orang
menghabiskan uang $20.000 untuk membeli sebuah keranjang barang dan jasa yang
representative pada akhir tahun 1 (tahun dasar = awal tahun 2) dan $22.000
untuk membeli keranjang yang sama setahun kemudian (awal tahun 3), indeks harga
akhir tahun pada tahun 2 adalah $22.000/$20.000 atau 1,100. Angka ini
menunjukan adanya laju inflasi sebesar 10% selama tahun 2. Demikian pula
halnya, apabila keranjang dalam contoh diatas $23.500 bagi suatu keluarga yang
terdiri dari 4 orang pada 2 tahun kemudian (akhir tahun 3), maka indeks tingkat
harga umum akan menjadi $23.500/$20.000 atau 1,175 yang menujukan laju inflasi
sebesar 17,5% semenjak tahun dasar. Indeks untuk tahun dasar adalah
$20.000/$20.000 atau 1.
Penggunaan
Indeks Harga
Angka indeks harga digunakan untuk
mentranslasikan jumlah yang dibayarkan selama periode terdahulu menjadi
ekuivalen daya beli pada akhir periode. Metode yang digunakan adalah sebagai
berikut :
GPLc / GPLtd x Jumlah nominaltd = PPEc
Dimana
:
GPL = indeks harga umum
c = periode kini
td = tanggal transaksi
PPE = ekuivalen daya beli umum
Sebagai contoh, misalkan uang yang
dikeluarkan pada akhir tahun dasar adalah $500 dan setahun kemudian sebesar
$700. Untuk menyajikan ulang pengeluaran menjadi ekuivalen daya beli tahun 3,
dengan menggunakan angka-angka indeks harga dari contoh sebelumnya, maka yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
Akhir dari Pengeluaran Nominal Faktor Penyesuaian
Ekuivalen Daya Beli
Tahun 3
Tahun 1 $500 1,175/1,000 $587,50
Tahun 2 $700 1,175/1,100 $747,73
Dengan demikian dibutuhkan uang sebesar
$587,50 pada akhir tahun 2 untuk membeli apa-apa yang dapat terbeli dengan uang
sebesar $500 pada akhir tahun 1. Demikian juga akan dibutuhkan uang sebesar
$747,73 pada akhir tahun 3 untuk membeli apa-apa yang dapat terbeli dengan uang
sebesar $700 setahun sebelumnya. Dengan kata lain, selama periode inflasi,
pengeluaran nominal sebesar $500 pada akhir tahun 1 dan sebesar $700 setahun
kemudian, tidak dapat dibandingkan kecuali angka-angka tersebut dinyatakan
dalam denominasi umum.
Angka-angka yang telah disesuiakan tidak
mewakili biaya kini pos-pos yang dimaksud atau angka-angka tersebut masih
merupakan biaya histories. Angka-angka biaya histories hanya disajikan ulang
dalam unit pengukuran yang baru-daya beli umum pada akhir periode.Apabila
transaksi terjadi secara merata dalam suatu periode, penyesuaian tingkat harga
dapat dilakukan. Pada saat menyatakan pendapatan dalam ekuivalen daya beli
akhir periode, bukan dengan menyesuaikan pendapatan setiap hari terhadap
tingkat harga , tetapi dapat digunakan cara dengan mengalihkan seluruh
pendapatan dalam satu tahun dengan rasio indeks akhir tahun terhadap indeks
rata-rata tingkat harga umum selama tahun tersebut. Yaitu:
GPLc / GPLavg x Pendapatan Total = PPEc
Objek Penyesuaian Tingkat Harga Umum
Secara Tradisional, laba (yaitu kekayaan
yang dapat digunakan) merupakan bagian dari kekayaan perusahaan (yaitu aktiva
bersih) yang dapat ditarik oleh perusahaan selama suatu periode akuntansi tanpa
mengurangi kekayaannya hingga berada dibawah posisi awal. Asumsikan tidak adanya
tambahan investasi atau penarikan investasi oleh pemilik dalam suatu periode,
jika aktiva bersih awal perusahaan sebesar £30.000 dan aktiva bersih meningkat
menjadi £45.000 yang disebabkan oleh operasi yang menguntungkan, laba akan
menjadi £15.000. Jika perusahaan tersebut membayarkan deviden sebesar £15.000,
Kekayaan pada akhir periode akan sama dengan kekayaan pada awal periode.
Akuntansi konvesional mengukur laba
sebagai jumlah maksimum yang dapat ditarik dari perusahaan tanpa mengurangi
jumlah uang yang menjadi modal awalnya.
Misalkan tingkat harga umum meningkat
sebesar 21% selama satu tahun. Untuk mengimbangi inflasi, suati perusahan
memulai tahun dengan uang $100 akan menginginkan nilai investasinya naik paling
tidak $ 121 karena jumlah ini yang diperlukan pada akhir tahun untuk memebeli
apa-apa yang dapat terbeli dengan uang $100 pada awal periode. Misalkan dengan
menggunakan Akuntansi konvesional, perusahaan memperoleh penghasilan sebesar
$50 (setelah pajak).Menarik dana sebesar $50 akan mengurangi kekayaan nominal
akhir periode perusahaan pada jumlah sebesar $100 lebih sedikit daripada yang
diperlukan agar tetap sama dengan inflasi ($121). Model daya beli konstan biaya
historis menganggap perbedaan ini dengan mengukur laba sehingga perusahaan
dapat membayarkan seluruh labanya sebagai deviden, sementara memiliki daya beli
pada akhir periode yang sama besarnya dengan awal periode.
Misalkan perusahaan dagang Argentina
memulai tahun kalender dengan uang tunai (kas) sebesar AP100.000 (tanpa utang),
kemudian ditukarkan dengan persediaan yang dapat dijual 10.000 CD bintang musik
rock Argentina dengan biaya per unit sebesar 10 peso. Perusahaan menjual
seluruh persediaannya dengan mark up sebesar 50%. Asumsikan tidak terdapat
inflasi, maka laba perusahaan akan menjadi AP50.000, perbedaan antara aktiva
bersih akhir dan awal (AP150.000-AP100.000) atau pendapatan dikurangi beban.
Penarikan dana sebesar AP50.000 yang menyebabkan perusahaan tinggal memiliki
dana sebesar AP100.000 yang sama dengan jumlah kas pada awal periode.
Dalam perhitungan diatas, penjualan
terjadi sama merata sepanjang tahun, sehingga disesuaikan dengan rasio indeks
harga rata-rata. Persediaan yagn dijual selama tahun tersebut dibeli pada awal
tahun, harga pokok penjualan disesuiakan dengan rasio indeks akhir tahun
terhadap indeks awal tahun.
Darimana datangnya kerugian moneter?
Selama inflasi perusahaan akan mengalami perubahan kekayaan yang tidak
berkaitan dengan kegiatan opersinya. Perubahan muncul dari aktiva atau
kewajiban moneter, kewajiban untuk membayarkan mata uang dengan jumlah yang
tetap dimasa depan. Aktiva moneter mencakup kas dan piutang usaha yang umumnya
akan kehilangan daya beli selama periode inflasi. Kewajiban moneter mencakup
kebanyakan utang yang umumnya akan menimbulkan keuntungan daya beli selama
periode inflasi.
Pernyataan di Meksiko mengenai akuntansi
inflasi B-10 konsisten dengan model daya beli konstan harga historis.
b. Penyesuaian Biaya Kini
Model
biaya kini berbeda dengan akuntansi konvesional dalam dua aspek utama.
1.
Aktiva tetap dinilai berdasarkan biaya kini bukan biaya historis
2. Laba adalah jumlah sumber daya yang dapat
didistribusikan oleh perusahaan dalam suatu periode (tanpa pertimbangan
komponen pajak),namun tetap dapat mempertahankan kapasitas produktif atau model
fisik perusahaan
3. Satu cara untuk mempertahankan modal adalah
dengan menyesuikan posisi aktiva bersih awal perusahaan untuk mencerminkan
perubahan dalam ekuivalen biaya kini aktifa selama periode berjalan.
Metode Mana yang Lebih Baik
Para pendukung model daya beli biaya
historis konstan berpendapat bahwa model biaya kini melanggar kerangka dasar
pengukuran biaya historis karena tidak berdasarkan biaya akuisisi pada awalnya,
model tersebut juga didasarkan pada biaya perkiraan hipotetis dan oleh
karenanya terlalu subjektif dan sukar dilaksanakan dalam praktik. Mengabaikan
perubahan daya beli umum atas uang menyebabkan perbandingan antar periode sukar
diinterpretasikan dan juga tidak mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dari
kepemilikan pos-pos moneter seperti utang. Pada model penyesuaian biaya kini, usaha
tidak dipengaruhi oleh inflasi umu, tetapi lebih dipengaruhi oleh kenaikan
biaya operasi khusus dan pengeluaran aktiva tetap.
Model daya beli biaya kini konstan
menggabungkan karakteristik model daya beli biaya historis konstan dan model
biaya kini. Kerangka dasar campuran ini mengakui kenaikan dalam nilai kini
aktiva sebagai keuntungan kekayaan, dan dengan demikian memungkinkan
dilakukannya perbandingan antara laba kini dan laba pada periode sebelumnya.
Perusahaan dianggap akan lebih baik hanya jika aktiva meningkat lebih besar
daripada laju inflasi. Keuntungan atau kerugian moneter, yang umumnya diabaikan
dalam model biaya kini, merupakan bagian dari pengukuran.
Isu-Isu Mengenasi
Inflasi
Empat Isu Akuntansi Inflasi:
·
Apakah dolar konstan atau Current
Cost yang lebih baik untuk mengukur pengaruh inflasi?
·
Perlakuan Akuntansi terhadap keuntungan dan kerugian inflasi
·
Akuntansi inflasi luar negri
·
Menghindari fenomena “kejatuhan ganda”
C. KESIMPULAN
Perubahan harga terjadi diseluruh dunia,
pengaruh terhadap pelaporan bisnis dan keuangan berbeda-beda dari satu negara
ke negara lain. Selama periode inflasi, nilai aktiva yang dicatat sebesar biaya
akuisisi awalnya jarang mencerminkan nilai terkininya (yang lebih tinggi). Secara
umum Inflasi adalah kenaikan tingkat harga barang dan jasa secara umum dan
terus menerus selama waktu tertentu. Dengan adanya inflasi maka pemerintah
dituntut untuk mengambil suatu kebijakan dalam penentuan perubahan harga dimana
untuk menentukan hal tersebut terdapat dua metode yaitu metode penyesuaian
harga tingkat umum dan metode penyesuaian biaya kini. Metode yang baik
digunakan untuk menentukan perubahan harga yaitu metode penyesuaian biaya kini
karena Model daya beli biaya kini konstan menggabungkan karakteristik model
daya beli biaya historis konstan dan model biaya kini
Sumber :
Choi, Frederick D. S. dan Gary K. Meek.
International Accounting. Buku 1 Edisi 6. 2010: Salemba Empat.
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/06/dampak-inflasi-dan-pihak-yang.html
http://ikapurple.blogspot.com/2011/04/inflasi.html
http://riscawidya.blogspot.com/2011/05/perspektif-internasional-terhadap.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar